Cover Opini.CO.ID,
TEL AVIV – Israel diketahui mengerahkan sejumlah sistem pertahanan udara untuk mengadang serangan Iran. Kendati demikian, sejumlah rudal iran berhasil melewati pertahanan udara yang diklaim paling canggih di dunia tersebut.
Serangan balasan Iran tiba di Israel pukul 21.00, Jumat malam waktu setempat. Di Tel Aviv, sirene berbunyi dan telepon berdering menandakan peringatan darurat. Setengah jam kemudian kota itu bergema dengan ledakan di udara dari sistem pertahanan rudal Arrow yang menghancurkan beberapa persenjataan Iran, puing-puing yang berjatuhan ke tanah.
Namun, merujuk media-media Israel, terlihat juga ledakan dari beberapa hulu ledak Iran yang mengenai sasaran mereka. Asap dari salah satu lokasi tumbukan membubung dalam bentuk kolom yang sangat tebal sehingga menutupi cakrawala kota termasuk gedung pencakar langit di dekatnya, sementara pecahan rudal yang dicegat terlihat melengkung di atasnya.
Sebuah rudal menghantam sebuah bangunan perumahan bertingkat tinggi di dekat jantung Tel Aviv, menghancurkan sebagian besar jendela di bagian depan bangunan, dan menjadikan daerah yang terkena dampak paling parah menjadi kumpulan jeruji baja yang terbuka dan bengkok.
Di lantai dasar, petugas pemadam kebakaran mencari jalan melalui puing-puing di samping sisa-sisa mobil yang terkena ledakan, sebuah laporan di TV Israel menunjukkan. Setidaknya dua orang terluka parah, satu diantaranya meninggal. Layanan darurat mengatakan mereka dipanggil ke setidaknya lima lokasi dampak, dan pada pukul 22.00 ada laporan bahwa 15 orang terluka di wilayah Tel Aviv.

Associated Press
menuliskan, sistem pertahanan udara berlapis-lapis Israel diuji pada Jumat malam ketika Iran meluncurkan rudal balistik ke Israel, dan beberapa diantaranya dilaporkan mendarat di kota Tel Aviv. Militer Israel mengatakan mereka telah mencegat sebagian besar rudal tersebut tetapi beberapa di antaranya meninggalkan “sedikit dampak pada bangunan.” Reporter
Associated Press
melihat asap membubung di Tel Aviv setelah serangan rudal. Sebuah rumah sakit di wilayah Tel Aviv mengatakan pihaknya merawat 15 warga sipil yang terluka.
Serangan itu merupakan tantangan berat bagi sistem pertahanan udara Israel, yang telah mencegat proyektil yang ditembakkan dari Gaza, Lebanon, Suriah, Irak, Yaman, dan Iran sejak dimulainya perang pada 7 Oktober 2023. Serangan tersebut berkisar dari roket jarak pendek hingga rudal jarak menengah hingga serangan drone hingga rudal balistik seperti yang ditembakkan pada Jumat malam.
Sistem pertahanan udara AS yang berbasis di darat di wilayah tersebut membantu menembak jatuh rudal Iran, kata seorang pejabat AS yang berbicara tanpa menyebut nama untuk membahas langkah-langkah tersebut.
Sebagian besar pertahanan udara Israel selama setahun terakhir dilakukan oleh Israel sendiri. Selama beberapa dekade, Israel telah mengembangkan sistem canggih yang mampu mendeteksi tembakan masuk dan mengerahkan proyektil hanya jika proyektil diarahkan ke pusat populasi atau infrastruktur militer atau sipil yang sensitif. Para pemimpin Israel mengatakan sistem ini tidak dijamin 100 persen, namun mereka memuji sistem ini karena mampu mencegah kerusakan serius dan korban jiwa yang tak terhitung jumlahnya.
Israel menggunakan sejumlah sistem pertahanan udara. Diantaranya Sistem Arrow alias “Anak Panah”. Sistem yang dikembangkan bersama AS ini dirancang untuk mencegat rudal jarak jauh, termasuk jenis rudal balistik yang diluncurkan Iran pada hari Selasa. Arrow, yang beroperasi di luar atmosfer, juga telah digunakan dalam perang saat ini untuk mencegat rudal jarak jauh yang diluncurkan oleh militan Houthi di Yaman.
Kemudian Sistem David’s Sling alias “Ketapel Daud”. Juga dikembangkan bersama Amerika, David’s Sling dimaksudkan untuk mencegat rudal jarak menengah, seperti yang dimiliki oleh Hizbullah di Lebanon. Ini telah dikerahkan beberapa kali selama perang.
Sedangkan Sistem Iron Dome alias “Kubah Besi” dikembangkan oleh Israel dengan dukungan AS, berspesialisasi dalam menembak jatuh roket jarak pendek. Mereka telah mencegat ribuan roket sejak diaktifkan awal dekade lalu – termasuk ribuan intersepsi selama perang melawan Hamas dan Hizbullah saat ini. Israel mengatakan tingkat keberhasilannya lebih dari 90 persen.

Ada juga peran yang dimainkan oleh militer Amerika Serikat dalam hal kemampuan membela Israel dari beberapa serangan Iran. Israel diketahui menggunakan sistem pertahanan rudal THAAD dari AS dalam upaya untuk membela Israel dari serangan balasan.
Israel juga sedang mengembangkan sistem baru untuk mencegat ancaman yang masuk dengan teknologi laser bernama Iron Beam alias “Pancaran Sinar Besi”. Israel mengatakan sistem ini akan membawa perubahan besar karena pengoperasiannya akan jauh lebih murah dibandingkan sistem yang sudah ada. Menurut laporan media Israel, biaya satu kali intersepsi Iron Dome adalah sekitar 50.000 dolar AS, sementara sistem lainnya dapat menghabiskan lebih dari 2 juta dolar AS per rudal. Sebaliknya, intersepsi Iron Beam akan memakan biaya beberapa dolar, menurut para pejabat Israel – namun sistem tersebut belum beroperasi.