Priangan Insider –
Jangan salah. Indonesia nggak cuma kaya rempah, kopi, dan laut biru.
Tapi juga pelangi bukan di langit, melainkan di batu.
Namanya Kalimaya.
Asalnya dari Banten, tapi pamornya udah tembus ke negeri-negeri jauh.
Dari Tokyo sampai Dubai, batu ini sering dikira opal Australia.
Padahal, ini 100% made in Indonesia.
Kalimaya adalah jenis batu opal yang punya daya pikat luar biasa karena kilauan warnanya.
Satu sudut bisa ungu, geser dikit jadi biru-hijau, miringin lagi bisa jadi merah jingga.
Kayak aurora yang dikurung dalam batu kecil.
Makanya banyak kolektor bilang: sekali lihat Kalimaya, susah move on.
Dan sekarang, Kalimaya nggak cuma jadi incaran kolektor tua.
Gen Z yang doyan healing, crystal, dan aesthetic vibes juga ikut melirik.
Bukan sekadar aksesori, Kalimaya jadi simbol inner glow, vibes booster, bahkan “batu cinta”.
Asal Usul: Dari Ladang Terik ke Panggung Dunia
Kalimaya Banten tepatnya berasal dari Kabupaten Lebak, daerah pedalaman yang tanahnya keras tapi penuh harta terpendam.
Bukan permata biasa, batu ini hanya bisa ditemukan di lapisan tanah berumur jutaan tahun, biasanya di celah-celah bebatuan keras atau tanah lempung tua.
“Kalau nemu yang warna pelangi penuh, itu udah kayak jackpot,”
kata Asep (45), penambang lokal generasi kedua di Rangkasbitung.
Menurutnya, Kalimaya jenis terbaik yang disebut Kalimaya pelangi penuh atau full rainbow opal sangat langka.
“Kadang cuma dapet satu biji bagus dari gali 2 bulan.”
Meskipun proses penambangannya berat, potensi ekonominya besar banget.
Harga Kalimaya kualitas premium bisa tembus Rp20–50 juta per butir.
Bahkan di luar negeri, batu ini bisa dihargai jauh lebih tinggi karena dikira opal langka dari Australia atau Ethiopia.
Kenapa Gen Z Mulai Melirik Kalimaya?
Jawabannya: aesthetic dan energi.
Di tengah era kristal, meditasi, dan self-healing yang digandrungi TikTok dan Instagram, Kalimaya tampil sebagai “batu sakti” lokal yang estetik dan penuh simbolik.
Menurut Dian Amanda, crystal reader dan content creator spiritual (@mantraflower.id), Kalimaya punya “frekuensi reflektif yang sangat kuat”.
“Batu ini bantu orang menemukan cahaya dalam diri mereka. Dia kayak cermin yang nunjukin emosi terdalam kita. Cocok banget buat yang lagi cari kejelasan atau healing dari luka batin,”
jelasnya.
Bukan cuma itu, banyak Gen Z yang tertarik karena Kalimaya cocok dikombinasikan dengan outfit modern.
Mulai dari kalung dainty, cincin bold, sampai gelang raw stone semuanya bisa jadi statement piece tanpa kehilangan sentuhan spiritual.
Viral di Media Sosial: “#BatuBisaGlowUp”
Fenomena Kalimaya makin hits waktu video seorang TikToker @raniquartz yang menunjukkan perubahan emosinya setelah pakai Kalimaya viral.
“Awalnya aku skeptis. Tapi setelah pakai cincin Kalimaya ini, entah kenapa moodku stabil, lebih pede, dan enteng mikir,”
katanya sambil memperlihatkan batu kecil berkilau pelangi yang jadi viral.
Video itu ditonton lebih dari 3 juta kali dan memicu tren baru: #KalimayaHealing dan #BatuBisaGlowUp.
Banyak yang mulai cari Kalimaya lewat marketplace atau komunitas spiritual online.
Dari “Batu Ajaib” ke Simbol Cinta
Ada mitos menarik soal Kalimaya di kalangan masyarakat Banten.
Dulu, batu ini dikenal sebagai batu kasih sejati.
Konon, kalau dua orang yang saling mencintai memakai Kalimaya dari bongkahan yang sama, hubungan mereka akan langgeng dan saling terbuka.
Cerita ini dimanfaatkan salah satu brand lokal perhiasan spiritual, Kila.ID, yang membuat lini cincin Kalimaya untuk pasangan.
“Kami percaya setiap Kalimaya punya pola warnanya sendiri. Seperti cinta, nggak ada yang sama. Tapi kalau klik, bisa saling pantulkan cahaya,”
kata pendirinya, Rizky Meidia.
Perjuangan Penambang dan Harapan Masa Depan
Di balik keindahannya, Kalimaya juga punya cerita perjuangan.
Penambang di Lebak masih mengandalkan alat sederhana, tanpa dukungan pemerintah dan pasar yang stabil.
Harga bisa anjlok kalau permintaan turun, dan para penambang sering harus menunggu berminggu-minggu untuk dapat satu batu layak jual.
Namun semangat untuk membawa Kalimaya ke level global tetap menyala.
Komunitas Batu Lebak Bersatu bahkan sedang membuat koperasi digital untuk menyalurkan Kalimaya langsung ke buyer luar negeri.
Tujuannya jelas: potong rantai tengkulak dan naikkan nilai jual.
Kalimaya Banten bukan sekadar batu cantik.
Ia adalah simbol harapan, refleksi, dan cahaya batin.
Di era yang serba cepat dan penuh kebisingan, Kalimaya hadir membawa pesan: bahwa pelangi bisa hadir di benda sekecil batu, dan bahwa keindahan sejati adalah ketika kita bersinar dari dalam.
Jadi, kalau kamu lagi cari sesuatu yang bisa bantu kamu grounding, reconnect ke diri, atau sekadar tampil beda Kalimaya bisa jadi jawabannya.
Tapi ingat: bukan cuma soal kilau, tapi soal makna yang kamu bawa bersama batu itu. (***)