Cover Opini
, JAKARTA – Penyanyi pendatang baru asal Bandung,
Kay Sebastene
, mempersembahkan single yang berjudul I’m Not.
Lagu tersebut merupakan awal pembuka dari debut albumnya, Are You Ok? yang akan dirilis akhir 2025 mendatang.
Dirilisnya lagu I’m Not sekaligus menandai estafet perjalanan Kay Sebastene menuju ekspresi diri yang jujur dan emosional, perjalanan yang telah dipersiapkan dengan penuh makna.
Lewat I’m Not, dia akhirnya menjawab pertanyaan yang kerap dihindari, Are You Ok?, dengan sebuah kejujuran sederhana namun mendalam I’m Not.
Pertanyaan ‘Are You Ok?’ terdengar sederhana, tetapi bagi Kay, itu adalah pertanyaan yang tricky, bahkan terasa seperti ancaman.
“Kalau orang bertanya, ‘Are You Ok?’, itu karena mereka merasa aku enggak baik-baik saja. Padahal aku sendiri belum tentu siap mengakui itu,” ungkap Kay.
Perempuan berusia 24 tahun itu mengaku hampir tidak pernah berkata I’m not ok secara langsung.
Maka dari itu, lagu I’m Not bukan hanya sekedar karya pembuka, tetapi juga pengakuan terbuka, awal dari kejujuran mutlak terhadap diri sendiri.
“Aku ingin mulai dengan jujur, karena aku tahu di dalam diri aku, ada bagian-bagian yang gelap, buruk, dan tidak selalu bisa ditunjukkan ke dunia. Tetapi sebagai Kay Sebastene, aku harus berani mewakili itu semua. Karena itu juga bagian dari aku,” jelasnya.
Identitas sebagai seorang musisi, bagi Kay, bukan hanya soal suara atau visual. Ini adalah tentang keberanian untuk menunjukkan isi hati, walau tidak semuanya indah.
Lewat single barunya itu, Kay Sebastene ingin memulai kariernya dari titik yang paling manusiawi yakni kejujuran.
Lagu I’m Not juga merupakan titik balik dari karakter yang sebelumnya muncul dalam MV single miliknya yang rilis 2023 yang berjudul Who The Heck, sebuah dark comedy yang memperkenalkan alter ego Kay sebagai mata-mata berjubah hitam.
Di pengujung video tersebut, pilihan antara pintu merah dan biru berakhir di titik yang sama, menyiratkan bahwa untuk keluar dari kegelapan, satu-satunya jalan adalah kejujuran pada diri sendiri.
Simbol warna ungu, yang muncul sebagai mantel di atas delman di Who The Heck, kembali muncul dalam era Are You oK?, mewakili sisi jujur Kay yang selama ini tersembunyi.
“Ungu itu kejujuranku. It’s in my blood,” tambah Kay.
Album Are You Ok? tidak hanya menyajikan musik, tetapi juga mengangkat pertanyaan eksistensial yang sering dihindari.
Melalui karya tersebut, Kay dan timnya, WE ELEVEIGHT, menginisiasi sebuah gerakan sosial yang mendorong orang-orang untuk menulis surat kepada diri sendiri, sebuah ajakan untuk melepaskan energi negatif, menjadi jujur, dan bangga atas kejujuran itu.
Gerakan itu diluncurkan secara intim dengan hanya 100 lembar surat yang dibagikan secara acak di Jalan Braga, Bandung.
Di dalam ratusan surat yang tersebar itu terdapat satu kalimat tanya yang jawabannya dapat diisi oleh penerima surat, Are You Ok?.
Dari 100 yang dibagikan, lebih dari 70 di antaranya dikembalikan kepada Kay dengan kisah-kisah yang tulus dan mengharukan.
Gerakan itu akan terus berlanjut, menjadi bagian dari budaya Kay Sebastene, sebuah ruang aman untuk berdialog dengan diri sendiri dan menemukan kekuatan dari kejujuran.
“Tidak apa-apa jika pendengar masih belajar untuk menerima diri sendiri. Jika album ini dapat mendorong kamu jauh dari kesepian dan menemani perjalanan penerimaan diri kamu, itu akan menjadi kehormatan bagi saya dan sebuah langkah maju untuk membuka versi yang lebih baik dari diri saya sendiri,” beber Kay.
I’m Not menjadi bagian pertama dari lima music video yang dirilis secara berurutan.
Rangkaian visual itu membentuk satu universe penceritaan yang utuh dan sinematik.
Album tersebut menghadirkan kolaborasi bersama rapper PB Glas serta penampilan cameo dari Chandra Liow (filmmaker dan content creator) dan Rachel Florencia (drifter dan gaming influencer) dalam salah satu MV yang tentunya akan memantik rasa penasaran penikmat musik dan visual.
“Ini adalah fase yang sulit, jadi sangat penting untuk membuat semua orang tahu bahwa mereka tidak sendirian. Saya mengerti dengan jelas bagaimana menakutkannya berada di dunia kesepian, jadi saya ingin membantu sebanyak yang saya bisa melalui kesenian saya,” tutup Kay Sebastene yang merupakan lulusan pendidikan sebagai Bachelor of Mass Communication (Hons) Broadcasting & Film di Taylor’s University Malaysia.
(ded/jpnn)