PIKIRAN RAKYAT
– Di tengah riuh lalu lintas Jakarta Selatan, puluhan tiang beton berdiri membisu di sepanjang Jalan HR Rasuna Said. Bukan penopang jembatan, bukan pula bagian dari pembangunan
flyover
baru, melainkan sisa proyek monorel Jakarta.
Proyek yang dimulai pada tahun 2004 ini berhenti tiga tahun kemudian akibat konflik hukum antara kontraktor dan pelaksana. Sejak 2007, tiang-tiang monorel itu dibiarkan terbengkalai.
Kini, setelah 18 tahun menjadi ‘fosil beton’ di tengah kota, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Gubernur Pramono Anung bersiap membenahi keberadaannya.
Tiang Kusam dan Struktur Setengah Jadi
Berdasarkan pantauan langsung tim Pikiran Rakyat Media Network (PRMN), Sabtu 14 Juni 2025, kondisi tiang-tiang monorel di Rasuna Said memprihatinkan. Beton kusam termakan waktu, besi-besi berdiri tak terurus.
Tidak hanya di Rasuna Said, tiang serupa juga ditemukan berdiri di kawasan Jalan Asia-Afrika, Senayan. Total, ada sekira 90 tiang beton yang tersebar di dua lokasi tersebut. Keberadaan tiang-tiang ini tak hanya mengganggu estetika kota, tapi juga memunculkan risiko keselamatan serta pemborosan ruang publik.
Pramono Anung Siap Bertindak
Gubernur Jakarta Pramono Anung, menyampaikan niat kuat untuk menyelesaikan masalah ini. Ia menilai pembiaran tiang-tiang mangkrak tersebut sebagai bentuk penghindaran dari tanggung jawab yang seharusnya sudah lama dituntaskan.
“
Saya termasuk yang bersemangat untuk melakukan menangani pembersihan ini (tiang monorail) karena ini sudah mengganggu tata kota Jakarta. Ini hal yang selalu, yang namanya pimpinan siapa pun itu menghindar dari persoalan ini,
” kata Pramono di Instagram @pramonoanungw dikutip, Sabtu, 14 Juni 2025.
Akan tetapi di bawah kepemimpinannya, ia menegaskan tiang-tiang tersebut akan dipangkas dan dialihfungsikan untuk sesuatu yang lebih produktif bagi masyarakat.
“Kita selesaikan sehingga prinsipnya satu, kita akan selesaikan. Habis itu pemanfaatannya untuk apa? Saya lebih cenderung untuk menambah ruas jalan ataupun taman dan sebagainya,” ujar Pramono.
Pramono bahkan telah merancang sejumlah opsi penggunaan lahan setelah pembongkaran. Selain pelebaran jalan, ia menyebut konsep
vertical garden
atau taman vertikal di beberapa lokasi yang memungkinkan. Intinya, harus dimanfaatkan untuk hal yang lebih produktif.
“Bisa kita rapikan saja, kita potong, terus kemudian kita kasih
vertical garden
dan sebagainya. Sudah pasti bedalah nanti. Jadi itu mohon dipersiapkan. Saya pikir kita enggak usah diperdebatkan yang ini. Kita jalankan seperti itu,” ucap Pramono.***