Urgensi Lab Penerjemah & Lab Promotor Sastra Kemenkebud

Tengah pekan lalu, Rabu (11/6), Kementerian Kebudayaan (Kemenkebud) mengadakan diskusi publik “Sastra Mendunia: Peran Penerjemah dan Promotor dalam Internasionalisasi Sastra Indonesia”. Diskusi tersebut sekaligus menjadi ajang kick-off bagi dua program Kemenkebud, yakni Laboratorium Penerjemah Sastra dan Laboratorium Promotor Sastra.

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, mengatakan bahwa kedua program tersebut diluncurkan sebagai upaya untuk menguatkan ekosistem sastra agar saling terhubung sehingga dapat mendorong internasionalisasi sastra Indonesia.

Fadli menerangkan, dalam upayanya menguatkan ekosistem sastra, Kemenkebud menghadapi permasalahan institusional mengingat Badan Bahasa–lembaga yang berhubungan langsung dengan sastra–masih menjadi bagian dari Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen). Di sisi lain, Fadli percaya sastra punya peran dalam pemajuan kebudayaan.

“Dengan hadirnya Kementerian Kebudayaan, kami memang masih punya institutional problem, karena kami ini adalah institusi baru. Jadi, Badan Bahasa masih ada di Kemendikdasmen, tetapi kami tahu bahwa proyek pemajuan kebudayaan, termasuk di dalamnya sastra, itu adalah bagian yang penting dalam pemajuan kebudayaan,” kata Fadli di Gedung A Kementerian Kebudayaan, Jakarta Pusat, Rabu (11/6/2025).

Di bawah Direktorat Jenderal Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan, Fadli menekankan bahwa inisiasi ini merupakan upaya mengembangkan ekosistem sastra sesuai harapan Undang-Undang Pemajuan Kebudayaan dan konstitusi, UUD Pasal 32 ayat (1).

“Kami menginisiasi Laboratorium Penerjemah Sastra dan Laboratorium Promotor Sastra sebagai upaya penguatan ekosistem sastra dan internasionalisasi sastra Indonesia,” tegas dia.

Menurut Fadli, sastra dan buku merupakan aset dan sarana diplomasi yang sangat strategis untuk memperkenalkan kebudayaan Indonesia di kancah global. Sayangnya, keduanya belum terhubung secara optimal.

“Sastra dan industri perbukuan Indonesia sejatinya punya potensi besar, dan siap untuk maju ke panggung internasional. Namun, tantangan terbesar saat ini adalah belum optimalnya konektivitas atau keterhubungan antara ekosistem sastra dan perbukuan Indonesia dalam lanskap global,” tambah Fadli.

Baca Juga  6 Shio Ini Bakal Dihujani Rezeki dan Keberuntungan Menurut Ramalan Tiongkok Kuno, Apakah Anda Salah Satunya?


Lab Penerjemah Sastra, Upaya Menjaring Penerjemah & Karya Potensial

Manajer program Laboratorium Penerjemah Sastra, Dhianita Kusuma Pertiwi, mengatakan bahwa Indonesia mempunyai banyak karya sastra. Sayangnya, banyak penulis tidak punya kesempatan agar karyanya diterjemahkan.

Dengan penerjemahan karya sastra, sambung Dhianita, sebuah karya tidak hanya punya pembaca yang lebih luas, tetapi juga dapat menjadi agen kebudayaan Indonesia secara tidak langsung, apalagi jika mengingat betapa beragamnya latar wilayah para penulis Indonesia.

“Kalau misalnya kita ke festival sastra, banyak sekali penulis dari daerah maupun dari Jakarta. Jadi sayang sekali kalau karya penulis Indonesia ini cuma dibaca di dalam negeri, sementara kita punya banyak karya dari daerah, yang mengangkat budaya mereka sendiri,” kata Dhianita kepada reporter Cover Opini, Rabu (11/6).

Dhianita, penulis buku Mengenal Orde Baru (2021), menilai bahwa kebutuhan tersebut dapat dijawab melalui Laboratorium Penerjemah Sastra. Program ini didesain untuk menciptakan penerjemah agar menerjemahkan karya-karya sastra Indonesia yang potensial bagi pasar global.

Para penerjemah akan menerima pelatihan dari mentor yang telah berkecimpung dalam industri penerjemah karya sastra. Dhianita menjelaskan, penerjemah terpilih akan dilatih selama tiga bulan untuk menghasilkan satu book chapter untuk dibawa ke festival.

“Setelah mereka dilatih, sudah punya skill, sudah merampungkan proyek book chapter, mereka akan dihubungkan dengan festival-festival internasional dan dengan book fair,” tambah Dhianita.

Baca Juga  Curug Vibes Only, Jelajahi Keindahan Air Terjun Alami di Semarang

Melalui Laboratorium Penerjemah Sastra, Dhianita berharap para penerjemah yang terlibat akan memperoleh jejaring yang memberi dampak jangka panjang bagi proyek penerjemahan berikutnya.

Narasumber untuk program ini antara lain para penerjemah karya sastra Indonesia, yakni Lara Noorgard (penerjemah Orang-Orang Oetimu karya Felix Nesi), Tiffany Tsao (penerjemah Orang-Orang Bloomington karya Budi Darma), dan Annie Tucker (penerjemah Cantik Itu Luka karya Eka Kurniawan). Penerjemah senior asal Indonesia, Dalih Sembiring, akan bertindak sebagai fasilitator program.


Lab Promotor Sastra & Agen Pemajuan Ekosistem Sastra

Senada dengan Dhianita, Yani Kurniawan, manajer program Laboratorium Promotor Sastra, berharap program ini dapat melahirkan para promotor atau agen-agen sastra yang jempolan.

Yani mengatakan, ekosistem sastra Indonesia saat ini masih awam terhadap agen sastra. Mekanisme industri sastra dan perbukuan kita sekarang, kata Yani, hanya terjalin antara penulis dan penerbit. Padahal peran agen sastra dapat membuat hubungan antara penulis dan penerbit lebih maksimal.

“Di Indonesia, umumnya penulis berurusan langsung dengan penerbit. Di luar negeri gak begitu. Sebagian besar penerbit, bahkan hampir semuanya, selalu eksklusif berurusan dengan agen. Penulis-penulis menjadikan agen sebagai perwakilan. Jadi, mereka fokus berkarya, terus urusan perintilan-perintilan teknis mengenai kontrak, promosi itu ditangan oleh agen mereka,” terang Yani kepada reporter Cover Opini, Rabu (11/6).

Yani menambahkan, Laboratorium Promotor Sastra akan mengadopsi konsep tersebut. Mereka akan mengadvokasi keterlibatan agen sebagai perantara penulis dan penerbit.

Dengan demikian, agen sastra dapat membantu karya penulis Indonesia untuk lebih optimal dalam menyasar penerbitan, terutama di luar negeri

Baca Juga  Poster Final ‘Squid Game’ Musim 3 Dirilis, Gi Hun dan Front Man Siap Hadapi Pertarungan Terakhir

“Target program ini kami fokuskan ke pemasaran konten-konten di luar negeri. Jadi, naskah-naskah sastra Indonesia yang dinilai para peserta layak untuk dipromosikan atau diterbitkan di luar negeri, nantinya akan diwakili oleh mereka,” jelas Yani.

Laboratorium Promotor Sastra akan merancang pelatihan melalui 15-17 kelas untuk mengasah dan meningkatkan kemampuan para peserta. Selama tiga bulan, para peserta akan mendapatkan pelatihan dari agensi sastra Indonesia seperti Literasia Creative dan Borobudur Agency, serta agen sastra internasional seperti Jeroen Bouchaud dari Astier-Pécher Literary & Film Agency (Prancis), Anna Soler-Pont dari Pontas Agency (Spanyol), dan Emre Can Petek dari Introtema Agency (Turki).

Para mentor akan memberikan pendampingan penuh dari aspek mendasar hingga lanjutan. Dan para peserta akan belajar secara komprehensif mengenai kontrak, hak cipta, sampai dengan hak-hak turunan. Para agen atau promotor sastra ditargetkan membuat lima right sheet yang berisi lembar hasil riset pasar penerbit potensial untuk karya sastra Indonesia.

Yani berharap, lulusan program ini selanjutnya dapat bekerja sebagai promotor yang memfasilitasi penulis mendapatkan hak-haknya dengan lebih baik. Hal ini, tambah Yani, diikuti juga dengan mengglobalkan karya sastra Indonesia.

“Jadi harapannya, nanti di program yang kami rancang di lab ini, akan muncul agen-agen-baru yang bisa membantu perluasan karya Indonesia di luar negeri secara global,” pungkasnya.

Dalam praktiknya, program Laboratorium Promotor Sastra dan Laboratorium Penerjemah Sastra akan bersinergi. Saat ini, kedua program tersebut tengah menjaring peserta melalui skema panggilan terbuka. Program Kementerian Kebudayaan ini dibuka sampai dengan 16 Juni 2025.

Tinggalkan Balasan