Waduk Tandon Wonogiri dan Cerita Nyi Gadung Melati yang Menjaganya


Waduk Tandon atau Waduk Krisak di Wonogori. Masyarakat percaya bahwa waduk ini dijaga oleh Nyi Gadung Melati.




Cover Opinihadir di WhatsApp Channel, follow dan dapatkan berita terbaru kami di sini




Cover OpiniOnline.com –

Dibanding Waduk Gajah Mungkur yang agung dan gagah, Waduk Tandon (Waduk Krisak) terlihat lebih syahdu. Lebih intimate, kata anak muda sekarang.

Jika tidak percaya, datang saja sana. Lokasinya sama saja dengan Waduk Gajah Mungkur, sama-sama di Kabupaten Wonogiri. Waduk Tandon berada di Desa Pare, Kecamatan Selogiri.

Jarak antara Waduk Gajah Mungkur dan Waduk Tandon ya sekitar 10 kilometer saja. Seperti disebut di awal, jika Waduk Gajah Mungkur menyajikan keindahan, Waduk Tandon akan menyuguhkan keintiman.

Jika bosan dengan suasana Waduk Gajah Mungkur yang kelewat ramai populer, Waduk Tandon bisa jadi alternatif. Akses untuk menuju ke sana juga tak susah, tak jauh dari pusat kota Wonogiri.

Baca Juga  Stefan William Hadir di Majalengka di Hari Jadi ke-535, Ini Profil Singkat Sang Raja Sinetron

Menurut beberapa sumber, Waduk Tandon, atau yang juga dikenal sebagai Waduk Krisak, dibangun pada zaman Jepang, sekitar tahun 1942. Konon, ketika hendak diresmikan, muncul sesosok wanita berpakaian serba-putih yang diiringi oleh ribuan ekor ikan pari.

Orang-orang kemudian menyebut sosok itu sebagai Nyi Gadung Mlati atau Nyi Gadung Melati. Mereka percaya, sosok itulah yang menunggu Waduk Tandon — hingga saat ini. Konon, Nyi Gadung Melati punya paras yang cantik dan gemar mengenakan pakaian serbaputih.

Jika Nyi Gadung Melati disebut sebagai penunggu waduk tersebut, ribuan ikan pari itu oleh masyarakat setempat dipercaya sebagai simbol dari limpahan rezeki, sebagai keberkahan dari alam.

Menurut cerita yang beredar, lokasi yang sekarang menjadi Waduk Tandon dulunya adalah Dusun Kledokan yang jumlah penduduknya sekitar ratusan jiwa. Jepang memilih dusun tersebut karena lokasinya yang paling rendah dan ada aliran sungai yang mengara ke situ.

Baca Juga  Kadispar Natuna Apresiasi Pelaksanaan Sail to Natuna di Serasan: Pererat Diplomasi dan Promosikan Pariwisata

Sebagai gantinya, Jepang memerintah warga Dusun Kledokan untuk pindah ke sekitar Gunung Tretes yang berada di sebelah selatan waduk. Tapi warga menolak. Mereka lebih memilih sebuah area yang lebih tinggi dari Dusun Kledokan tapi lokasinya tak terlalu jauh, sekarang Jepang yang menolak permintaan itu.

Karena tidak ditemukan kesepakatan, beberapa tokoh masyarakat Kledokan akhirnya menghadap Mangkunegara VII — Wonogiri adalah bagian dari Kadipaten Mangkunegaran. Mereka menyampaikan keinginannya itu kepada Adipati.

Singkat cerita, masyarakat Kledokan akhirnya diizinkan untuk pindah ke lokasi yang mereka inginkan. Mereka menyebar ke tiga titik yang sekarang menjadi Dusun Tlogorejo, Dusun Tandon, dan Pare.


Mengering pada 2020 dan muncullah padang rumput hijau

Baca Juga  Temu Kangen Mantan Personel Polres Taput, Ajang Silaturahmi Penuh Kehangatan di Cafe Kita Binjai

Terjadi fenomena yang mengejutkan pada Waduk Tandon pada 2020 lalu. Waduk Tandon mengering, debit airnya berkurang, dan tiba-tiba muncul padang rumput nan hijau di bagian selatan waduk.

Tak pelak, sebagaimana dilaporkan Kompas.com, padang rumput hijau itu menjadi tujuan wisata dadakan. Banyak warga berbondong-bondong datang untuk menikmati keindahannya.

Di luar itu, pada dasarnya pemandangan di sekitar Waduk Tandon memang indah. Di sebelah selatan waduk, terbentang barisan pegunungan seribu yang begitu memanjakan mata. Selain itu, sebagaimana disebut di awal, suasananya juga syahdu.

Bukit-bukit yang memanjang itu, tulis Kompas, “Membuat waduk ini seolah dikelilingi oleh benteng hijau raksasa. Pada pagi hari, awan dan kabut tipis melayang di atap perbukitan itu. Padang rumput dengan latar belakang perbukitan pun menjadi perpaduan yang pas bagi pengunjung untuk berfoto.”

Tinggalkan Balasan